Tips Untuk Working Mom Saat Hendak Meninggalkan Si Kecil
Anak adalah sumber kekuatan juga kelemahan seorang Ibu. Jika senyumannya adalah sumber kekuatan Ibu, maka tangisannya adalah sumber kelemahannya.
Designed by Pixabay
Well, tulisan receh ini masih berkaitan dengan suka duka working mom. At the first time, ketika hendak melangkahkan kaki untuk mengais rupiah dan terdengar tangisan si kecil, saya begitu bahagia. Why? Karena bagi saya, itu menandakan kalau malaikat kecil itu begitu menyayangi dan membutuhkan saya. Kehadiran saya selalu dirindukan.
Para Bunda juga pasti happy banget kan? Saya yakin, semua working mom pun demikian, betul? Namun, saya juga pernah merasa sebal dengan keadaan semacam ini. Kok sebal? Ya, sebal karena harus menahan sedih terus-terusan. Sebal karena harus mengeluarkan segala jurus rayuan. Itu pun tak langsung membuahkan hasil.
Bayangkan saja bagimana nelangsanya hati saya, berangkat mengabdi untuk anak bangsa tapi anak kandung sendiri meraung-raung tak rela. Apa ada yang lebih menyakitkan dari drama ini? I hate such this feeling.
Sumber foto: workingmother.com
Kebanyakan working mom do daerah saya menerapkan sostem bohong. "Eh, dek, ada cicak itu di belakang". Si ibu segera tancap gas setelah si kecil menengok ke belakang. Atau yang paling populer tuh seperti ini, "dek, ibu keluar cuma sebentar. Nanti langsung balik".
Ok, bener banget kalau nanti akan balik. But, beneran sebentar? Pergi pagi pulang sore, Pa itu namanya sebentar? Working needs at least 6 to 8 hours.
Pernah sekali saya pakai cara 'kuno' ini, sekali dan untuk pertama kali. Hasilnya? Si kecil tenang. Dampaknya? Si kecil tak mau lagi ditinggal. Duh, malah pusing kan. Mungkin doi merasa dikibulin kali ya. Wajarlah, sense balita itu tajamnya melebihi kita yang sudah dewasa.
Saya ini tipe orang yang selalu berharap diidolakan, termasuk diidolakan anak. Berlebihan nggak sih? Wait, anda pun pasti ingin jadi idola, kan? Nah, agar diidolakan anak, saya mesti menerapkan attitude sang idola. So, saya selalu berusaha menghindari 'kebohongan' pada anak. Gak apalah icip sekali tadi, udah terlanjur wkwk. But, not for the next. Sebagai gantinya, saya lakukan hal berikut:
Mengkomunikasikan waktu bekerja
Meski anak saya masih berumur 2 tahun, cara ini selalu saya pakai. Paham gak? Anak kecil itu fitrah. Kepahamannya itu mengalir. Sekali dua kali mungkin nothing, but after some times, everything runs well.
Dalam 1 minggu, saya hanya berkerja 2 hari, Sabtu dan Minggu. 2 hari ini memang sengaja saya atur sebagai waktu bekerja saya karena kebetulan si ayah liburnya di hari ini. Tujuannya tentu agar ada bonding antara anak dan ayah. Momennya pun pas banget.
Ok, back to the point. Jadi, tiap hari jumat, saya katakan pada si kecil, "Dek, besok Mama ke sekolah ya sayang. Adek di rumah sama Ayah". Jeng.. jeng.. sekarang doi sudah terbiasa dan bisa menerima kalau di hari tersebut mamanya ada kesibukan. Meski begitu, sampai sekarang pun tetap mengatakan kapan waktu bekerja kapan waktu bersama. So, ada trust diantara kita.
Kalau ada pekerjaan tiba-tiba di hari lain, gimana? Tetep, saya harus jujur ke anak. Anak nangis wajar kok. Selagi ada yang menemaninya, it's ok.
Menciptakan rasa happy
Rutinitas wajib sebelum berangkat mengajar, saya menemani anak bermain. Intinya, saya buat dia se-happy mungkin. Banyak cara untuk membuat si kecil bahagia. Sukanya apa, butuhnya apa, difasilitasi aja asal masih dalam batas normal. Istilah kasarnya sih 'nyogok' hehe. Tapi, jangan kebablasan ya.. Dan, tetap perhatikan waktu sambil diingatkan kalau sebentar lagi berangkat mengajar. Cara ini cukup manjur kok. So, anda harus mencobanya!
Tak mengulur waktu
Kalau awal-awal kerja selepas cuti, saya masih suka mellow sendiri kalau dengar tangisannya. Nyesek banget. Akhirnya mengulur waktu dengan peluk si kecil, sayang-sayangan. Parahnya, doi ikut mellow. Gawat, kan?
So, jadi Ibu itu harus strong fisik dan psikis. Kalau si kecil udah terlihat tenang, langsung berangkat tanpa ba bi bu. Kalau nangis? Tegarkan hati dan tetap melangkah keluar. Beda lagi kalau sekiranya waktu masih lama, tenangkan dulu baru keluar.
Well, selama ini, cara di atas cukup manjur untuk saya dan si kecil. So, give it try and good luck!
Terimakasih tips nya kak bermanfaat sekali, semoga menulis nya semakin lancar ya
BalasHapusOk bang. Trimakasih sudah manpir
BalasHapusini harus nya bacaan nya emak emak bukan gosip hehehehe
BalasHapusWkwk.. it's ok semua bisa baca😅
HapusGoodd
BalasHapusSemangat buat para working mom. Kalian sungguh hebat
BalasHapusPasti awal2 sangat sulit yaa
BalasHapus